Senin, 13 Juli 2015

SEJARAH PERANG BANJAR


SEJARAH PERANG BANJAR
A.Pendahuluan
           Perang banjar salah satu mata rantai dalam sejarah perang kemerdekaan di indonesia pada abad ke-19. Perang banjar merupakan perlawanan yang sangat melelahkan dan banyak memakan korban baik moril maupun materil. Selain itu juga telah membawa akibat-akibat sosial politik bagi daerah banjar dan rakyat banjar sendiri. Walaupun demikian perlawanan ini merupakan bentuk nyata dari ketidakrelaan rakyat banjar terhadap segala macam bentuk penindasan oleh bangsa lain.
B. Terjadinya Hubungan dengan Belanda
            Setelah ditemukannya jalan perhubungan laut yang mengelilingi benua afrika oleh orang-orang eropa yang mengadakan pelayaran samudera, mereka berlomba-lomaba untuk sampai kedunia timur guna mencari rempah-rempah dan emas permata. Bangsa eropa yang mula-mula menemukan jalan perhubungan melalui laut ke asia ialah bangsa portugis yang sampai ke Malaka pada tahun 1511. Kurang lebih satu abad kemudian, bangsa belanda pun sampai ke asia melalui selat sunda dan mendarat di banten pada tahun 1596. Armada belanda ini terdiri dari empat buah kapal  yang dipimpin oleh cornelis de houtman. Sejak saat itu orang belanda belomba-lomba datang ke indonesia dengan tujuan berdagang.
             Pada abad ke-17, Banjarmasin muncul sebagai kota dagang yang terkenal dengan hasil ladanya, selain menghasilkan intan, rotan, dan dammar. Dengan kekayaan alamnya tersebut menarik orang-orang eropa untuk datang ke Banjarmasin. Tahun 1607, VOC berusaha mengadakan hubungan dengan Banjarmasin. Untuk belanda mengirim sebuah ekspedisi ke Banjarmasin pada tanggal 7 juli 1607, dipimpin oleh koopman gillis michiszoon. Utusan dengan seluruh anggota diajak ke darat, tapi karena terjadi pertentangan, semua utusan dibunuh. Tahun 1612, belanda datang membalas dendam dengan memuntahkan tembakan-tembakan dari kapal mereka yang mengakibatkan terbakarnya kota Banjarmasin. Oleh sebab itu, Sultan Mustakin Billan raja Banjarmasin ke-4 memindahkan ibu kota banjar dari kuin ke kayu tangi atau teluk selong Martapura.
C. Jatuhnya wilayah kerajaan banjar ke tangan belanda
                Masa pemerintahan Sultan Hamidullah (1700-1734) disebutkan sebagai masa pemerintahan yang paling stabil, karena tidak pernah terjadi gejolak-gejolak, baik di masyarakat maupun istana. Setelah Hamidullah mangkat, mulai kelihatan adanya ambisi dari kalangan bangsawan di istana, mangkubumi tamijidullah kelihatannya ingin berkuasa. Putera mahkota pangeran Mohammad melihat situasi demikian melarikan diri ke tabuneo. Disana ia menguasai perkebunan lada, setelah merasa kuat ia menyerang Martapura untuk mengambil haknya sebagai pewaris kerajaan. Untungnya tidak sempat terjadi pertumpahan darah, kekuasaannya kembali diserahkan oleh Tamjidullah.Pangeran mohammad berkuasa, tapi hanya dua tahun, ia meninggal dunia dengan meninggalkan anak yang masih kecil 3 orang, yaitu: Pangeran rahmad, Pangeran Abdullah dan Pangeran Amir. Karena ketiga anak sultan itu nbelum dewasa, maka tahta kerajaan kembali ke tangan mangkubumi tamjidullah dan pelaksanaan pemerintahan dikuasakan pada anaknya pangeran nata. Anak-anak yangberhak atas tahta satu persatu meninggal, yaitu pangeran Rahmad dan pangeran Abdullah. Pangeran Amir menyadari ada kejanggalan atas kematian kedua kakaknya, dengan alasan ingin naik haji ia pergi dari istana, tetapi sebenarnya ia lari ke pasir untuk meminta bantuan kepada pamannya yang bernama Arung Turawe. Tahun 1785, Pangeran Amir dengan bantuan Arung Turawe beserta pasukan orang-orang bugis menyerang martapura. Penyerangan ini membuat pangeran nata kuatir dan minta bantuan belanda untuk membuat membuat perjanjian dengan kesultanan banjar. Perjanjian ini terjadi pada tahun 1787 dengan dalih persahabatan. Isi perjanjian tersebut antara lain:
a.       Kerajaan Banjar melepaskan negeri pasir dengan daerah taklukannya, pulau laut beserta daerah sekitarnya. Tabunco beserta pesisirnya, gunung-gunung serta separuh dari dusun Tatas dan dayak-dayaknya dengan Mendawai, Sampit, Pembuang, Kotawaringin.
b.      Kerajaan banjar adalah vazal (daerah taklukan) VOC. Dengan adanya perjanjian tersebut berarti kerajaan banjar mengakui pertuanan belanda, dimana kerajaan banjar kehilangan sebagian dari wilayah kerajaan dan kehilangan sebagian kedaulatan.
D. Pecahnya perang banjar (1859-1905)
     Pecahnya perang banjar disebabkan beberapa faktor, yaitu:
a.       Faktor dari luar
Diperut bumi kerajaan banjar, banyak terkandung potensi alam yang sangat menguntungkan, antara lain adalah batu bara. Batu bara sangat diperlukan oleh belanda sebagai bahan bakar mesin uap mempunyai banyak peminat di pasaran dunia. Kesempatan ini tidak di sia-siakan oleh belanda. Tahu 1849, belanda membuka tambang batu bara di pengaron yang di beri nama oranje Nassau oleh gubernur jenderal j. j. rochussen. Sejak itu mulai tambang eksploitasi tambang batu bara yang mendatangkan keuntungan besar bagi belanda. Bagi bangsawan banjar berarti kurangnya penghasilan, karena tanah apanage berkurang luasnya dan bertambahnya pajak yang mengikat masyarakat.
b.      Faktor dari dalam
Pada tahun 1962, sultan Adam alwasikhbillah mengadakan perjanjian dengan belanda, isinya antara lain adalah pergantian putera mahkota dan mangkubumi harus mendapat persetujuan pemerintahan belanda. Dengan dasar perjanjian tersebut belanda menunjuk pangeran tamjis sebagai putera mahkota. Hal sangat tidak disetujui rakyat banjar, karena bertentangan dengan adat turun-temurun kerajaan. Yang berhak seharusnya pangeran Hidayatullah, karena ia anak permaisuri, sedang pangeran tamjid dari selir. Pada waktu sultan Adam wafat, tentunya putera mahkotalah yang naik tahta menggantikan sebagai raja.Tanggal 3 november 1857, belanda menobatkan pangeran Tamjid sebagai raja.
     E. Perlawanan Rakyat Dalam Perang Banjar
                      Dengan beberapa kejadian tersebut, cukuplah sudah dendam selama ini dipendam rakyat banjar. Secara diam-diam, Pangeran Hidayatullah menyusun rencana peperangan total serempak. Pada tanggal 28 april 1859, pasukan Banua Ampat dan Riam Kiwa dibawah pimpinan Pangeran Antasari menyerang tambang batu bara di oranje Nassau di Pengaron. Penyerangan ke Pengaron ini merupakan titik awal dimulainya Perang Banjar, yang selanjutnya diikuti dengan perlawanan didaerah lain Kerajaan Banjar.
1.       Perlawanan di Daerah Banua Lima
Pada tahun 1859-1861, terjadi suatu peristiwa yang terkenal dengan istilah Pemberontakan Banua Lima. Gerakan ini dipimpin oleh tumenggung jalil. Wilayah Banua lima terdiri dari daerah Nagara, Alabio, Sungai Banar, Kalua, dan Amuntai. Dalam pertempuran ini banyak korban berjatuhan dikedua belah pihak diantaranya Tumenggung Jalil sendiri yang gugur sebagai kesuma bangsa dalam mempertahankan Benteng Tundakan.
2.       Perlawanan Banua Ampat
Perlawanan daerah ini meliputi Banua Halat, Banua Gadung, Parigi, dan Lawanan Tambaruntung. Gerakan yang sangat terkenal di daerah ini ialah gerakan Muning yang dipimpin oleh Datu Aling. Seorang tua yang buta matanya tetapi mempunyai semangat yang besar dalam melawan belanda. Pada penyerangan keempat oleh belanda, Datu Aling gugur karena rumahnya dibakar oleh belanda.
3.       Perlawanan di Banua Amandit
Wilayahnya adalah daerah kabupaten hulu sungai selatan sekarang. Perlawanan disini dipimpin oleh Tumenggung Antaluddin. Medan yang sangat sulit membuat belanda belanda kewalahan dalam menghadapi pasukan disini, apalagi benteng pertahanan pasukan banjar berada dipuncak bukit yang dinamakan Benteng Gunung madang. Dalam menyerang benteng ini banyak opsir belanda yang gugur.
4.       Perlawanan di Pelaihari
Dipimpin oleh Haji Buyasin, ia mendirikan benteng Talaga yang terletak antara Sabunur dan Batu Tungku. Dengan keberaniannya, Haji Buyasin beserta anak buahnya berhasil merebut benteng Tabuneo milik belanda.
5.       Perlawanan di Banua Alai
Wilayah pertempuran sangat luas meliputi: Pamangkih, Walangku, Kasabar, Paya, Jatoh, Hampang, Aluwan. Untuk wilayah ini selalu di bawah pengawasan Pangeran Hidayat, Pangeran Antasari, dan Demang Lehman, yang kadang-kadang ikut turun bersama-sama rakyat. Pejuang di daerah ini sangat banyak, Ada Kyai Kertanegara, Haji Sarodin, Demang Jaya Negara Seman, Kyai jayapati dan Penghulu Muda dengan gerakan Baratib Baamal di Jatoh.
6.       Perlawanan di Sekitar Barito
Perlawanan di daerah ini meliputi wilayah Bakumpai, Puruk Cahu, Muara Teweh, dan Marabahan. Pimpinan utama Pangeran Antasari, ia mempunyai kaki tangan yang dipercayainya, yaitu Tumenggung Surapati. Kemenangan yang patut dicatat disini adalah berhasilnya Tumenggung Surapati dan kawan-kawan menenggelamkan kapal perang belanda “Onrust” di perairan Barito di kampong Lontotour Muara Teweh. Peristiwa ini amat memalukan belanda, mereka berusaha mengangkat bangkai kapal, tetapi tidak berhasil yang akhirnya di dinamit hingga tenggelam ke dasar sungai dan sampai sekarang masih ada. Tumenggung Surapati terus berjuang sampai akhir hayatnya pada tahun 1875.
          F.      Akhir Perang Banjar
                   Kekuatan-kekuatan dari pasukan banjar makin lama makin lemah. Disamping persenjataan yang kurang seimbang juga banyaknya pemimpin yang gugur. Tumenggung Jalil gugur sewaktu mempertahankan Benteng Tundakan tahun 1861. Pada tahun 1862, Pangeran Hidayat diasingkan ke cianjur pada tahun ini juga Pangeran Antasari wafat karena sakit. Sultan Kuning anak Datu Aling tertangkap pada tahu 1864.Yang masih bertahan adalah daerah Tabalong yang dipimpin oleh Penghulu Rasyid dan Haji Bador, mereka membuat kubu-kubu pertahanan di Sungai Hanyar dan Pasar Arba. Belanda menganggap Penghulu Rasyid cukup membahayakan, maka mereka membuat pengumuman, siapa yang bisa membawa kepala Penghulu Rasyid dihadiahi uang sebanyak f.1.000. Ia akhirnya gugur atas penghianatan seorang kawan pada tahun 1865. Setelah meninggal Penghulu Rasyid, perang di wilayah Banjar dan hulu sungai tidak ada lagi, yang masih berlangsung secara sporadic di wilayah Barito di pimpin oleh Haji Bitahir, Panglima Wangkang, Pangeran Mohammad Seman, Pangeran Perbatasari, Tumenggung Gamar, dan lain-lain. Perlawanan-perlawanan kecil ini dianggap berakhir oleh belanda, setelah gugur Pangeran Mohammad Seman anak Pangeran Antasari di tembak marsose belanda pada tahun 1905.
          G. Penutup
                  Menghadapi perang Banjar bagi belanda bukan hal yang mudah, walau persenjataan lengkap. Dalam perang Banjar diperlukan strategi dalam menghadapi medan yang cukup luas dan sukar ditempuh karena kondisi alam Kalimantan yang terdiri dari gunung-gunung, hutan, sungai, dan rawa. Sedang bagi pejuang Banjar hal ini bukan masalah, mereka sudah terbiasa dengan  alamnya. Malahan mereka dapat menyusun strategi dalam menghadapi belanda. Dengan persenjataan seadanya mereka berjuang dengan semangat  “Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing”.
                   Pangeran Antasari sebagai pemimpin perjuangan yang tak kenal kompromi dengan belanda dan dianggap belanda sebagai orang yang paling berbahaya. Sehingga belanda membuat pengumuman harga kepala Pangeran Antasari sebanyak f.10.000, suatu tarif yanhg sangat tinggi, sama dengan harga kepala Pangeran Hidayatullah. Tetapi sampai pada akhir hayatnya, Pangeran tidak pernah tertangkap. Pada tanggal 11 oktober 1862, Pangeran Antasari menghembuskan napasnya yang terakhir di Bayan Begok Puruk Cahu karena menderita wabah cacar. Untuk jasa-jasanya , Pangeran Antasari diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Republik indonesia pada tanggal 27 maret 1968.
     

BERASAL DARI BUKU MUSEUM LAMBUNG MANGKURAT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

             

       


Tidak ada komentar:

Posting Komentar