Selasa, 14 Juli 2015

DAUR HIDUP ORANG BANJAR


DAUR HIDUP ORANG BANJAR
 Hasil gambar untuk gambar daur hidup orang banjar kalimantan selatan
     Daur hidup Suku Banjar adalah upacara-upacara adat yang dilakukan oleh suku banjar terkait dengan siklus kehidupan yang diyakini sangat sacral dan menentukan dalam tahap-tahap kehidupan, yaitu masa kehamilan, masa kanak-kanak, menjelang dewasa, perkawinan, dan kematian.
1.       Upacara Kehamilan
a.        Batapung Tawar Tian Tiga Bulan
Dilakukan saat kehamilan berusia 3 bulan, karena ada anggapan angkam ganjil (gasal) merupakan saat-saat yang penting untuk diperhatikan dan rentan terhadap gangguan kehamilan. Upacara ini hanya dilakukan Suku Banjar yang mendiami daerah Margasari sampai Amuntai.
b.       Upacara Mandi Tian Mandaring
Disebut pula dengan istilah mandi pagar mayang, karena tempat mandi dalam upacara itu menggunakan pagar mayang. Dilakukan ketika usia kandungan mencapai tujuh bulan, dan hanya pada kehamilan pertama.
c.        Upacata Baumur
Disebut juga bakumut tian tujuh bulan. Tujuan agar ibu yang mengandung dan anak yang dikandung mendapat keselamatan serta panjang umur. Dilakukan pada malam hari yang dianggapa baik (malam senin, kamis, atau jum’at) sesudah Shalat Isya.
d.       Upacara Mandi Baya
Dilakukan bila seorang wanita sudah beberapa kali hamil dan melahirkan, yaitu setiap kehamilan anak yang terkena hitungan ganjil (ketiga, kelima, dst).
2.       Upacara Kelahiran
Setelah bayi lahir, tembuninya ditaruh dalam bungkusan upih (pelepah daun pisang), kemudian dimasukkan dalam bakul bamban atau kapit dan dibubuhi garam dengan harapan perkataannya berharga, berwibawa, diturut dan dihargai orang. Setelah ditanam dalam tanah, diatasnya dipancangkan sepotong bulu atau bamboo kecil, maksudnya agar pernafasan bayi baik. Karena menurut anggapan, selama tembuni yang ditanam itu belum busuk, maka masih ada hubungannya dengan bayi.
a.        Upacara Mengarani Anak
Upacara mengarani anak (mem nama) tahap pertama, dilakuakan oleh bidan (dukun beranak) yang membantu persalinan, yaitu ketiga pemotongan tangking (tangkai/tali) pusat.
b.       Upacara Bapalas Bidan
Dilakukan untuk menebus anak kepada bidan yang telah membantu merawat selama kehamilan dan persalinan.
3.       Upacara Masa Kanak-kanak
a.        Upacara Baayun Mulud
Disebut baayun mulud, karena dilaksanakan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, upacara ini dilaksanakan dalam mesjid, yaitu menggantung ayunan (buaian) pada tiang-tiang mesjid. Ayunan tersebut terdiri dari tiga lapis, lapisan atas (kain sarigading/sasirangan). Lapisan tengah (kain kuning/kain belacuyang diberi warna kuning dari pati kunyit) dan lapisan bawah (tapih bahalai/kain panjang wanita).
Pada tali ayunan diberi hiasan berupa anyaman janur berbagai bentuk dan digantungi kue-kue tradisional.
b.       Upacara Balamburan/Batarbangan
Dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas kehadiran anak, namun terkadang upacara ini merupakan sarana pengobatan untuk anak-anak yang perutnya sering kembung dan garing mahiun yakni sakit yang tidak mudah diketahui penyakitnya.
c.        Upacara Maumuri anak
Dinamakan maumuri anak , karena selain pembacaan doa selamat, doa hadarat dan doa kiparat, juga secara khusus dibacakan doa umur, agar dipanjangkan umur, karena si anak ditimpa penyakit.
d.       Upacara Baayun Wayang dan Maayun Topeng
Mengayun wayang dan topeng bersamaan dengan maayun anak-anak kecil dalam satu upacara. Upacara ini dilaksanakan bersamaan dengan upacara Manyanggan Banua atau Babunga Tahun.
4.       Upacara Menjelang Dewasa
a.        Upacara Basunat
Dilakukan pada anak-anak laki-laki usia 7 tahun ke atas oleh tukang sunat tradisional/panyunatan. Sedangkan untuk wanita dilakukan oleh bidan. Basunat dilkukan pagi hari, dan upacara selamatannya setelah selesai panyunatan.
b.       Upacara Batamat Qur’an
Menurut kebiasaan, setiap anak yang belajar mengaji dan berhasil menamatkan bacaannya  30 juz, maka diadakan upacara batamat Qur’an, namun ketika ia kawin biasanya dilakukan pula upacara batamat Qur’an.
5.       Upacara Perkawinan
Apabila anak laki-laki sudah dewasa dan mampu berusaha untuk mencari nafkah hidup, biasanya segera dicarikan jodohnya. Pemilihan jodoh oleh orang tua ini agar si anak tidak keliru mempersunting gadis untuk dijadikan istri sebagai teman hidup dalam rumah tangga. Dalam adat banjar, sebelum perkawinan dilakukan kegiatan basasuluh, bapayuan, maatar pertalian, dan baantaran jujuran.
a.        Basasuluh
Dilakukan untuk memperoleh informasi yang pasti mengenai keadaan seorang gadis. Basasuluh berarti menyelidiki segala aspek kehidupan, baik kepada gadis yang dituju untuk dilamar maupun asal-usul keluarganya.
b.       Badatang
Badatang adalah melamar secara resmi. Pihak keluarga laki-laki mengutus beberapa orang wanita untuk menjadi perantara. Mereka dipilih selain berpengaruh, juga harus fash bertutur kata, karena dalam percakapan yang berhubungan dengan lamaran banyak digunakan bahasa kiasan dan pantun.
c.        Bapayuan
Disebut juga bapatut jujuran, yaitu menetapkan berapa besarnya mas kawin yang harus diberikan oleh pihak keluarga laki-laki kepada pihak keluarga yang anak gadisnya dilamar.
Upacara ini dilakukan pada hari yang telah disepakati ketika badatang tempo hari. Dalam upacara ini hanya diundang keluarga dekat untuk menyaksikannya. Jika sudah diputuskan kata sepakat mengenai besar kecil jujuran baru kemudian dibicarakan hari tanggal maatar patalian.
d.       Maatar Patalian dan Maatar Jujuran
Berarti mengantar tanda ikatan pertunangan dari pihak keluarga laki-laki kepada pihak wanita. Upacara maatar patalian ini dihadiri oleh ibu-ibu dari kedua belah pihak, para tetangga dan kenalan agar mengetahui secara resmi pertunangan tersebut.
e.       Upacara Nikah
Upacara nikah dilaksanakan di rumah calon istri dan berdasarkan ajaran islam. Sebelum berangkat menuju tempat nikah diadakan selamatan dan dihidangkan jamuan untuk para undangan yang nantinya ikut bersama-sama calon pengantin pria. Calon pengantin pria berpakaian sarung jas dan kopiah. Sedangkan calon pengantin wanita mengenakan pakian kebaya dan berhias. Pada saat akad nikah dilangsungkan calon pengantin wanita tidak hadir di tengah undangan, tetapi tetap berada di dalam kamar.
f.         Bapingit
Bapingit atau bakurung selain mengujung adat, juga dimasudkan menjaga kemungkinan yang tidak diinginkan. Mempelai dibatasi kebebasannya untuk keluar rumah sampai dilangsungkannya perkawinan. Masa bapingit atau bakurung tersebut digunakan untuk merawat diri dengan bakasai (menghaluskan kulit dengan bahan ramuan tradisional) dengan cara diulurkan ke seluruh kulit.
g.        Badudus Upacara badudus atau bapapai merupakan upacara yang dilakukan pada masa peralihan antara masa remaja dengan masa dewasa. Calon pengantin yang akan memasuki jenjang perkawinan, dinobatkan sebagai orang dewasa melalui upacara badudus, yakni menjadi mandi pengantin.
h.       Mahias Pangantin
Mahias (merias) dilkukan untuk mempercantik wajah agar sewaktu bersanding pengatin terlihat lebih berseri dan tampak segar.
i.         Maarak Pengantin
Maarak pengantin adalah membawa pengantin dari rumah mempelai pria sambil dipertontonkan kepada masyarakat sekitarnya. Sebelum pengantin diarak, harus ada kurir yang menyampaikan berita kesiapan mempelai wanita dipertemukan (disandingkan). Apabila sudah sama-sama menyampaikan kesiapannya, mulailah pengantin pria diarak ketempat mempelai wanita.
j.         Batatai
Batatai adalah acara pengantin duduk bersanding. Sebelum kedua mempelai duduk di pelaminan sesaat ditataikan (disandingkan) didepan pintu rumah. Mereka dipertontonkan kepada semua yang hadir dalam upacara perkawinan tersebut. Kemudian keduanya dibawa petataian (pelaminan) yang biasa disebut Geta Kencana. Geta Kencana ini berhiaskan kain arguci bermotif sulur-suluran, jambangan, padang kesakulutan, pohon hayat, dan beberapa biji bantal bertaburkan arguci.
k.        Bajagaan Pangantin
Menurut kebiasaan sesudah diadakannya upacara perkawinan, maka pada malam harinya diadakan upacra manjagai (menunggu pengantin). Dalam upacara bajagaan ini biasanya diadakan pertunjukan kesenian seperti, Mamanda, Wayang Gong, Rudat, Wayang Kulit, dan Acara Bakisah (kisah yang dibawakan penutur cerita). Biasanya acara bajagaan pengantin ini berlangsung selama tiga malam.
6.       Upacara Kematian
Apabila ada suatu kampong diketahui ada yang meninggal dunia, maka seluruh warga kampong membantu apa yang dapat dibantu untuk keluarga yang ditimpa musibah. Mereka datang melayat dengan memberi sumbangan sebagai tanda berduka cita, baik berupa uang maupun bahan-bahan makanan.
Seseorang yang meninggal pada waktu sore atau malam haru, pemakamannya dilakukan esok harinya. Atau karena menunggu ahli waris yang kebetulan berada di luar daerah terpaksa menunggunya. Namun waktu menunggu ini biasanya paling lama setengah hari (sekitar 14 jam).
Karena menurut ajaran islam makin cepat jenazah dikuburkan semakin baik.
Apabila mayat baru dikuburkan setelah kedatangan ahli warisnya, maka malam harinya dilakukan upacara manjagai atau menungu mayat. Dalam acara nitu dilaksanakan pembacaaan ayat-ayat suci Al-Qur’an atau surah Yasin secara bergantian yang pahalanya diberikan kepada orang meninggal.
Dalam upacara kematian unsur-unsurnya, yaitu:
a.        Memandikan, Mengkafani, dan menyembahyangkan jenazah.
b.       Upacara penguburan
Baaruwah, yakni upacara yang dilakukan untuk mengenang dan mendoakan orang yang sudah meninggal agar mendapat tempat yang kekal abadi dan membahagiakan.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar