SEJARAH PERANG BANJAR
A.Pendahuluan
Perang banjar salah satu mata rantai
dalam sejarah perang kemerdekaan di indonesia pada abad ke-19. Perang banjar
merupakan perlawanan yang sangat melelahkan dan banyak memakan korban baik
moril maupun materil. Selain itu juga telah membawa akibat-akibat sosial
politik bagi daerah banjar dan rakyat banjar sendiri. Walaupun demikian
perlawanan ini merupakan bentuk nyata dari ketidakrelaan rakyat banjar terhadap
segala macam bentuk penindasan oleh bangsa lain.
B. Terjadinya
Hubungan dengan Belanda
Setelah ditemukannya jalan
perhubungan laut yang mengelilingi benua afrika oleh orang-orang eropa yang
mengadakan pelayaran samudera, mereka berlomba-lomaba untuk sampai kedunia
timur guna mencari rempah-rempah dan emas permata. Bangsa eropa yang mula-mula
menemukan jalan perhubungan melalui laut ke asia ialah bangsa portugis yang
sampai ke Malaka pada tahun 1511. Kurang lebih satu abad kemudian, bangsa
belanda pun sampai ke asia melalui selat sunda dan mendarat di banten pada
tahun 1596. Armada belanda ini terdiri dari empat buah kapal yang dipimpin oleh cornelis de houtman. Sejak
saat itu orang belanda belomba-lomba datang ke indonesia dengan tujuan
berdagang.
Pada abad ke-17, Banjarmasin
muncul sebagai kota dagang yang terkenal dengan hasil ladanya, selain
menghasilkan intan, rotan, dan dammar. Dengan kekayaan alamnya tersebut menarik
orang-orang eropa untuk datang ke Banjarmasin. Tahun 1607, VOC berusaha
mengadakan hubungan dengan Banjarmasin. Untuk belanda mengirim sebuah ekspedisi
ke Banjarmasin pada tanggal 7 juli 1607, dipimpin oleh koopman gillis
michiszoon. Utusan dengan seluruh anggota diajak ke darat, tapi karena terjadi
pertentangan, semua utusan dibunuh. Tahun 1612, belanda datang membalas dendam
dengan memuntahkan tembakan-tembakan dari kapal mereka yang mengakibatkan
terbakarnya kota Banjarmasin. Oleh sebab itu, Sultan Mustakin Billan raja
Banjarmasin ke-4 memindahkan ibu kota banjar dari kuin ke kayu tangi atau teluk
selong Martapura.
C. Jatuhnya
wilayah kerajaan banjar ke tangan belanda
Masa pemerintahan Sultan
Hamidullah (1700-1734) disebutkan sebagai masa pemerintahan yang paling stabil,
karena tidak pernah terjadi gejolak-gejolak, baik di masyarakat maupun istana.
Setelah Hamidullah mangkat, mulai kelihatan adanya ambisi dari kalangan
bangsawan di istana, mangkubumi tamijidullah kelihatannya ingin berkuasa.
Putera mahkota pangeran Mohammad melihat situasi demikian melarikan diri ke
tabuneo. Disana ia menguasai perkebunan lada, setelah merasa kuat ia menyerang
Martapura untuk mengambil haknya sebagai pewaris kerajaan. Untungnya tidak
sempat terjadi pertumpahan darah, kekuasaannya kembali diserahkan oleh Tamjidullah.Pangeran
mohammad berkuasa, tapi hanya dua tahun, ia meninggal dunia dengan meninggalkan
anak yang masih kecil 3 orang, yaitu: Pangeran rahmad, Pangeran Abdullah dan
Pangeran Amir. Karena ketiga anak sultan itu nbelum dewasa, maka tahta kerajaan
kembali ke tangan mangkubumi tamjidullah dan pelaksanaan pemerintahan
dikuasakan pada anaknya pangeran nata. Anak-anak yangberhak atas tahta satu
persatu meninggal, yaitu pangeran Rahmad dan pangeran Abdullah. Pangeran Amir
menyadari ada kejanggalan atas kematian kedua kakaknya, dengan alasan ingin
naik haji ia pergi dari istana, tetapi sebenarnya ia lari ke pasir untuk
meminta bantuan kepada pamannya yang bernama Arung Turawe. Tahun 1785, Pangeran
Amir dengan bantuan Arung Turawe beserta pasukan orang-orang bugis menyerang
martapura. Penyerangan ini membuat pangeran nata kuatir dan minta bantuan
belanda untuk membuat membuat perjanjian dengan kesultanan banjar. Perjanjian
ini terjadi pada tahun 1787 dengan dalih persahabatan. Isi perjanjian tersebut
antara lain:
a. Kerajaan Banjar melepaskan negeri
pasir dengan daerah taklukannya, pulau laut beserta daerah sekitarnya. Tabunco
beserta pesisirnya, gunung-gunung serta separuh dari dusun Tatas dan
dayak-dayaknya dengan Mendawai, Sampit, Pembuang, Kotawaringin.
b. Kerajaan banjar adalah vazal (daerah
taklukan) VOC. Dengan adanya perjanjian tersebut berarti kerajaan banjar
mengakui pertuanan belanda, dimana kerajaan banjar kehilangan sebagian dari
wilayah kerajaan dan kehilangan sebagian kedaulatan.
D. Pecahnya
perang banjar (1859-1905)
Pecahnya perang banjar disebabkan beberapa
faktor, yaitu:
a. Faktor dari luar
Diperut bumi kerajaan
banjar, banyak terkandung potensi alam yang sangat menguntungkan, antara lain
adalah batu bara. Batu bara sangat diperlukan oleh belanda sebagai bahan bakar
mesin uap mempunyai banyak peminat di pasaran dunia. Kesempatan ini tidak di
sia-siakan oleh belanda. Tahu 1849, belanda membuka tambang batu bara di
pengaron yang di beri nama oranje Nassau oleh gubernur jenderal j. j.
rochussen. Sejak itu mulai tambang eksploitasi tambang batu bara yang
mendatangkan keuntungan besar bagi belanda. Bagi bangsawan banjar berarti
kurangnya penghasilan, karena tanah apanage berkurang luasnya dan bertambahnya
pajak yang mengikat masyarakat.
b. Faktor dari dalam
Pada tahun 1962, sultan Adam
alwasikhbillah mengadakan perjanjian dengan belanda, isinya antara lain adalah
pergantian putera mahkota dan mangkubumi harus mendapat persetujuan pemerintahan
belanda. Dengan dasar perjanjian tersebut belanda menunjuk pangeran tamjis
sebagai putera mahkota. Hal sangat tidak disetujui rakyat banjar, karena
bertentangan dengan adat turun-temurun kerajaan. Yang berhak seharusnya
pangeran Hidayatullah, karena ia anak permaisuri, sedang pangeran tamjid dari
selir. Pada waktu sultan Adam wafat, tentunya putera mahkotalah yang naik tahta
menggantikan sebagai raja.Tanggal 3 november 1857, belanda menobatkan pangeran
Tamjid sebagai raja.
E. Perlawanan Rakyat Dalam Perang Banjar
Dengan beberapa kejadian
tersebut, cukuplah sudah dendam selama ini dipendam rakyat banjar. Secara
diam-diam, Pangeran Hidayatullah menyusun rencana peperangan total serempak.
Pada tanggal 28 april 1859, pasukan Banua Ampat dan Riam Kiwa dibawah pimpinan
Pangeran Antasari menyerang tambang batu bara di oranje Nassau di Pengaron.
Penyerangan ke Pengaron ini merupakan titik awal dimulainya Perang Banjar, yang
selanjutnya diikuti dengan perlawanan didaerah lain Kerajaan Banjar.
1. Perlawanan di Daerah Banua Lima
Pada tahun 1859-1861,
terjadi suatu peristiwa yang terkenal dengan istilah Pemberontakan Banua Lima.
Gerakan ini dipimpin oleh tumenggung jalil. Wilayah Banua lima terdiri dari
daerah Nagara, Alabio, Sungai Banar, Kalua, dan Amuntai. Dalam pertempuran ini
banyak korban berjatuhan dikedua belah pihak diantaranya Tumenggung Jalil
sendiri yang gugur sebagai kesuma bangsa dalam mempertahankan Benteng Tundakan.
2. Perlawanan Banua Ampat
Perlawanan daerah ini
meliputi Banua Halat, Banua Gadung, Parigi, dan Lawanan Tambaruntung. Gerakan
yang sangat terkenal di daerah ini ialah gerakan Muning yang dipimpin oleh Datu
Aling. Seorang tua yang buta matanya tetapi mempunyai semangat yang besar dalam
melawan belanda. Pada penyerangan keempat oleh belanda, Datu Aling gugur karena
rumahnya dibakar oleh belanda.
3. Perlawanan di Banua Amandit
Wilayahnya adalah daerah
kabupaten hulu sungai selatan sekarang. Perlawanan disini dipimpin oleh
Tumenggung Antaluddin. Medan yang sangat sulit membuat belanda belanda
kewalahan dalam menghadapi pasukan disini, apalagi benteng pertahanan pasukan
banjar berada dipuncak bukit yang dinamakan Benteng Gunung madang. Dalam
menyerang benteng ini banyak opsir belanda yang gugur.
4. Perlawanan di Pelaihari
Dipimpin oleh Haji
Buyasin, ia mendirikan benteng Talaga yang terletak antara Sabunur dan Batu
Tungku. Dengan keberaniannya, Haji Buyasin beserta anak buahnya berhasil
merebut benteng Tabuneo milik belanda.
5. Perlawanan di Banua Alai
Wilayah pertempuran
sangat luas meliputi: Pamangkih, Walangku, Kasabar, Paya, Jatoh, Hampang,
Aluwan. Untuk wilayah ini selalu di bawah pengawasan Pangeran Hidayat, Pangeran
Antasari, dan Demang Lehman, yang kadang-kadang ikut turun bersama-sama rakyat.
Pejuang di daerah ini sangat banyak, Ada Kyai Kertanegara, Haji Sarodin, Demang
Jaya Negara Seman, Kyai jayapati dan Penghulu Muda dengan gerakan Baratib
Baamal di Jatoh.
6. Perlawanan di Sekitar Barito
Perlawanan di daerah ini meliputi
wilayah Bakumpai, Puruk Cahu, Muara Teweh, dan Marabahan. Pimpinan utama
Pangeran Antasari, ia mempunyai kaki tangan yang dipercayainya, yaitu
Tumenggung Surapati. Kemenangan yang patut dicatat disini adalah berhasilnya
Tumenggung Surapati dan kawan-kawan menenggelamkan kapal perang belanda “Onrust”
di perairan Barito di kampong Lontotour Muara Teweh. Peristiwa ini amat
memalukan belanda, mereka berusaha mengangkat bangkai kapal, tetapi tidak
berhasil yang akhirnya di dinamit hingga tenggelam ke dasar sungai dan sampai
sekarang masih ada. Tumenggung Surapati terus berjuang sampai akhir hayatnya
pada tahun 1875.
F.
Akhir Perang Banjar
Kekuatan-kekuatan dari pasukan banjar makin
lama makin lemah. Disamping persenjataan yang kurang seimbang juga banyaknya pemimpin
yang gugur. Tumenggung Jalil gugur sewaktu mempertahankan Benteng Tundakan
tahun 1861. Pada tahun 1862, Pangeran Hidayat diasingkan ke cianjur pada tahun
ini juga Pangeran Antasari wafat karena sakit. Sultan Kuning anak Datu Aling
tertangkap pada tahu 1864.Yang masih bertahan adalah daerah Tabalong yang
dipimpin oleh Penghulu Rasyid dan Haji Bador, mereka membuat kubu-kubu
pertahanan di Sungai Hanyar dan Pasar Arba. Belanda menganggap Penghulu Rasyid
cukup membahayakan, maka mereka membuat pengumuman, siapa yang bisa membawa
kepala Penghulu Rasyid dihadiahi uang sebanyak f.1.000. Ia akhirnya gugur atas
penghianatan seorang kawan pada tahun 1865. Setelah meninggal Penghulu Rasyid,
perang di wilayah Banjar dan hulu sungai tidak ada lagi, yang masih berlangsung
secara sporadic di wilayah Barito di pimpin oleh Haji Bitahir, Panglima Wangkang,
Pangeran Mohammad Seman, Pangeran Perbatasari, Tumenggung Gamar, dan lain-lain.
Perlawanan-perlawanan kecil ini dianggap berakhir oleh belanda, setelah gugur
Pangeran Mohammad Seman anak Pangeran Antasari di tembak marsose belanda pada
tahun 1905.
G. Penutup
Menghadapi perang Banjar bagi
belanda bukan hal yang mudah, walau persenjataan lengkap. Dalam perang Banjar
diperlukan strategi dalam menghadapi medan yang cukup luas dan sukar ditempuh
karena kondisi alam Kalimantan yang terdiri dari gunung-gunung, hutan, sungai,
dan rawa. Sedang bagi pejuang Banjar hal ini bukan masalah, mereka sudah
terbiasa dengan alamnya. Malahan mereka
dapat menyusun strategi dalam menghadapi belanda. Dengan persenjataan seadanya
mereka berjuang dengan semangat “Haram
Manyarah Waja Sampai Kaputing”.
Pangeran Antasari sebagai
pemimpin perjuangan yang tak kenal kompromi dengan belanda dan dianggap belanda
sebagai orang yang paling berbahaya. Sehingga belanda membuat pengumuman harga
kepala Pangeran Antasari sebanyak f.10.000, suatu tarif yanhg sangat tinggi,
sama dengan harga kepala Pangeran Hidayatullah. Tetapi sampai pada akhir
hayatnya, Pangeran tidak pernah tertangkap. Pada tanggal 11 oktober 1862,
Pangeran Antasari menghembuskan napasnya yang terakhir di Bayan Begok Puruk
Cahu karena menderita wabah cacar. Untuk jasa-jasanya , Pangeran Antasari
diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Republik indonesia pada
tanggal 27 maret 1968.
BERASAL DARI
BUKU MUSEUM LAMBUNG MANGKURAT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar