DAUR HIDUP
ORANG BANJAR
Daur hidup
Suku Banjar adalah upacara-upacara adat yang dilakukan oleh suku banjar terkait
dengan siklus kehidupan yang diyakini sangat sacral dan menentukan dalam
tahap-tahap kehidupan, yaitu masa kehamilan, masa kanak-kanak, menjelang
dewasa, perkawinan, dan kematian.
1.
Upacara Kehamilan
a.
Batapung Tawar Tian Tiga Bulan
Dilakukan saat kehamilan berusia 3 bulan, karena ada anggapan angkam
ganjil (gasal) merupakan saat-saat yang penting untuk diperhatikan dan rentan
terhadap gangguan kehamilan. Upacara ini hanya dilakukan Suku Banjar yang
mendiami daerah Margasari sampai Amuntai.
b.
Upacara Mandi Tian Mandaring
Disebut pula dengan istilah mandi pagar mayang, karena tempat mandi
dalam upacara itu menggunakan pagar mayang. Dilakukan ketika usia kandungan
mencapai tujuh bulan, dan hanya pada kehamilan pertama.
c.
Upacata Baumur
Disebut juga bakumut tian tujuh bulan. Tujuan agar ibu yang mengandung
dan anak yang dikandung mendapat keselamatan serta panjang umur. Dilakukan pada
malam hari yang dianggapa baik (malam senin, kamis, atau jum’at) sesudah Shalat
Isya.
d.
Upacara Mandi Baya
Dilakukan bila seorang wanita sudah beberapa kali hamil dan melahirkan,
yaitu setiap kehamilan anak yang terkena hitungan ganjil (ketiga, kelima, dst).
2.
Upacara Kelahiran
Setelah bayi lahir, tembuninya ditaruh dalam bungkusan upih (pelepah
daun pisang), kemudian dimasukkan dalam bakul bamban atau kapit dan dibubuhi
garam dengan harapan perkataannya berharga, berwibawa, diturut dan dihargai
orang. Setelah ditanam dalam tanah, diatasnya dipancangkan sepotong bulu atau
bamboo kecil, maksudnya agar pernafasan bayi baik. Karena menurut anggapan,
selama tembuni yang ditanam itu belum busuk, maka masih ada hubungannya dengan
bayi.
a.
Upacara Mengarani Anak
Upacara mengarani anak (mem nama) tahap pertama, dilakuakan oleh bidan
(dukun beranak) yang membantu persalinan, yaitu ketiga pemotongan tangking
(tangkai/tali) pusat.
b.
Upacara Bapalas Bidan
Dilakukan untuk menebus anak kepada bidan yang telah membantu merawat
selama kehamilan dan persalinan.
3.
Upacara Masa Kanak-kanak
a.
Upacara Baayun Mulud
Disebut baayun mulud, karena dilaksanakan pada peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW, upacara ini dilaksanakan dalam mesjid, yaitu menggantung ayunan
(buaian) pada tiang-tiang mesjid. Ayunan tersebut terdiri dari tiga lapis,
lapisan atas (kain sarigading/sasirangan). Lapisan tengah (kain kuning/kain
belacuyang diberi warna kuning dari pati kunyit) dan lapisan bawah (tapih
bahalai/kain panjang wanita).
Pada tali ayunan diberi hiasan berupa anyaman janur berbagai bentuk dan
digantungi kue-kue tradisional.
b.
Upacara Balamburan/Batarbangan
Dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas kehadiran anak, namun
terkadang upacara ini merupakan sarana pengobatan untuk anak-anak yang perutnya
sering kembung dan garing mahiun yakni sakit yang tidak mudah diketahui
penyakitnya.
c.
Upacara Maumuri anak
Dinamakan maumuri anak , karena selain pembacaan doa selamat, doa
hadarat dan doa kiparat, juga secara khusus dibacakan doa umur, agar
dipanjangkan umur, karena si anak ditimpa penyakit.
d.
Upacara Baayun Wayang dan Maayun
Topeng
Mengayun wayang dan topeng bersamaan dengan maayun anak-anak kecil dalam
satu upacara. Upacara ini dilaksanakan bersamaan dengan upacara Manyanggan
Banua atau Babunga Tahun.
4.
Upacara Menjelang Dewasa
a.
Upacara Basunat
Dilakukan pada anak-anak laki-laki usia 7 tahun ke atas oleh tukang
sunat tradisional/panyunatan. Sedangkan untuk wanita dilakukan oleh bidan.
Basunat dilkukan pagi hari, dan upacara selamatannya setelah selesai
panyunatan.
b.
Upacara Batamat Qur’an
Menurut kebiasaan, setiap anak yang belajar mengaji dan berhasil
menamatkan bacaannya 30 juz, maka
diadakan upacara batamat Qur’an, namun ketika ia kawin biasanya dilakukan pula upacara
batamat Qur’an.
5.
Upacara Perkawinan
Apabila anak laki-laki sudah dewasa dan mampu berusaha untuk mencari
nafkah hidup, biasanya segera dicarikan jodohnya. Pemilihan jodoh oleh orang
tua ini agar si anak tidak keliru mempersunting gadis untuk dijadikan istri
sebagai teman hidup dalam rumah tangga. Dalam adat banjar, sebelum perkawinan
dilakukan kegiatan basasuluh, bapayuan,
maatar pertalian, dan baantaran jujuran.
a.
Basasuluh
Dilakukan untuk memperoleh informasi yang pasti mengenai keadaan seorang
gadis. Basasuluh berarti menyelidiki segala aspek kehidupan, baik kepada gadis
yang dituju untuk dilamar maupun asal-usul keluarganya.
b.
Badatang
Badatang adalah melamar secara resmi. Pihak keluarga laki-laki mengutus
beberapa orang wanita untuk menjadi perantara. Mereka dipilih selain
berpengaruh, juga harus fash bertutur kata, karena dalam percakapan yang
berhubungan dengan lamaran banyak digunakan bahasa kiasan dan pantun.
c.
Bapayuan
Disebut juga bapatut jujuran, yaitu menetapkan berapa besarnya mas kawin
yang harus diberikan oleh pihak keluarga laki-laki kepada pihak keluarga yang
anak gadisnya dilamar.
Upacara ini dilakukan pada hari yang telah disepakati ketika badatang
tempo hari. Dalam upacara ini hanya diundang keluarga dekat untuk
menyaksikannya. Jika sudah diputuskan kata sepakat mengenai besar kecil jujuran
baru kemudian dibicarakan hari tanggal maatar
patalian.
d.
Maatar Patalian dan Maatar Jujuran
Berarti mengantar tanda ikatan pertunangan dari pihak keluarga laki-laki
kepada pihak wanita. Upacara maatar patalian ini dihadiri oleh ibu-ibu dari
kedua belah pihak, para tetangga dan kenalan agar mengetahui secara resmi
pertunangan tersebut.
e.
Upacara Nikah
Upacara nikah dilaksanakan di rumah calon istri dan berdasarkan ajaran
islam. Sebelum berangkat menuju tempat nikah diadakan selamatan dan dihidangkan
jamuan untuk para undangan yang nantinya ikut bersama-sama calon pengantin
pria. Calon pengantin pria berpakaian sarung jas dan kopiah. Sedangkan calon
pengantin wanita mengenakan pakian kebaya dan berhias. Pada saat akad nikah
dilangsungkan calon pengantin wanita tidak hadir di tengah undangan, tetapi
tetap berada di dalam kamar.
f.
Bapingit
Bapingit atau bakurung selain mengujung adat, juga dimasudkan menjaga
kemungkinan yang tidak diinginkan. Mempelai dibatasi kebebasannya untuk keluar
rumah sampai dilangsungkannya perkawinan. Masa bapingit atau bakurung tersebut
digunakan untuk merawat diri dengan bakasai (menghaluskan kulit dengan bahan
ramuan tradisional) dengan cara diulurkan ke seluruh kulit.
g.
Badudus Upacara badudus atau bapapai
merupakan upacara yang dilakukan pada masa peralihan antara masa remaja dengan
masa dewasa. Calon pengantin yang akan memasuki jenjang perkawinan, dinobatkan
sebagai orang dewasa melalui upacara badudus, yakni menjadi mandi pengantin.
h.
Mahias Pangantin
Mahias (merias) dilkukan untuk mempercantik wajah agar sewaktu
bersanding pengatin terlihat lebih berseri dan tampak segar.
i.
Maarak Pengantin
Maarak pengantin adalah membawa pengantin dari rumah mempelai pria
sambil dipertontonkan kepada masyarakat sekitarnya. Sebelum pengantin diarak,
harus ada kurir yang menyampaikan berita kesiapan mempelai wanita dipertemukan
(disandingkan). Apabila sudah sama-sama menyampaikan kesiapannya, mulailah
pengantin pria diarak ketempat mempelai wanita.
j.
Batatai
Batatai adalah acara pengantin duduk bersanding. Sebelum kedua mempelai
duduk di pelaminan sesaat ditataikan (disandingkan) didepan pintu rumah. Mereka
dipertontonkan kepada semua yang hadir dalam upacara perkawinan tersebut.
Kemudian keduanya dibawa petataian (pelaminan) yang biasa disebut Geta Kencana.
Geta Kencana ini berhiaskan kain arguci bermotif sulur-suluran, jambangan,
padang kesakulutan, pohon hayat, dan beberapa biji bantal bertaburkan arguci.
k.
Bajagaan Pangantin
Menurut kebiasaan sesudah diadakannya upacara perkawinan, maka pada
malam harinya diadakan upacra manjagai
(menunggu pengantin). Dalam upacara bajagaan ini biasanya diadakan pertunjukan
kesenian seperti, Mamanda, Wayang Gong, Rudat, Wayang Kulit, dan Acara Bakisah
(kisah yang dibawakan penutur cerita). Biasanya acara bajagaan pengantin ini
berlangsung selama tiga malam.
6.
Upacara Kematian
Apabila ada suatu kampong diketahui ada yang meninggal dunia, maka
seluruh warga kampong membantu apa yang dapat dibantu untuk keluarga yang ditimpa
musibah. Mereka datang melayat dengan memberi sumbangan sebagai tanda berduka
cita, baik berupa uang maupun bahan-bahan makanan.
Seseorang yang meninggal pada waktu sore atau malam haru, pemakamannya
dilakukan esok harinya. Atau karena menunggu ahli waris yang kebetulan berada
di luar daerah terpaksa menunggunya. Namun waktu menunggu ini biasanya paling
lama setengah hari (sekitar 14 jam).
Karena menurut ajaran islam makin cepat jenazah dikuburkan semakin baik.
Apabila mayat baru dikuburkan setelah kedatangan ahli warisnya, maka
malam harinya dilakukan upacara manjagai atau menungu mayat. Dalam acara nitu
dilaksanakan pembacaaan ayat-ayat suci Al-Qur’an atau surah Yasin secara
bergantian yang pahalanya diberikan kepada orang meninggal.
Dalam upacara kematian unsur-unsurnya, yaitu:
a.
Memandikan, Mengkafani, dan menyembahyangkan
jenazah.
b.
Upacara penguburan
Baaruwah,
yakni upacara yang dilakukan untuk mengenang dan mendoakan orang yang sudah
meninggal agar mendapat tempat yang kekal abadi dan membahagiakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar